Finoza (2008: 197-198) mengatakan bahwa alenia banyak ragamnya. Untuk
membedakan yang satu dengan yang lain, paragraf dappat dikelompokkan menjadi
dua.
Ø Jenis paragraf menurut
kalimat topiknya.
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif, yaitu alenia yang menyajikan pokok
permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian atau rincian permasalahan
alenia.
Contoh:
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budaya . Contohnya di pulau
Sumatra yang terdiri dari suku batak, suku minang, suku aceh, suku melayu dan
lain-lain yang masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan
penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan pokok permasalahan
paragraf.
Contoh:
Selain kaya akan budaya, Indonesia juga memiliki lahan
pertanian yang subur yang banyak menghasilkan rempah-rempah, bahan pangan,
bahkan juga buah-buahan. Dari segi barang tambang, Indonesia juga sangat
potensial, terbukti Indonesia salah satu Negara di Asia yang meng-ekspor minyak
bumi, batu bara, dan barang tambang lainnya. Maka tidak salah kalau
dikatakan Indonesia adalah Negara yang kaya.
3. Paragraf Campuran
Bila kalimat
pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf
campuran deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menegaskan
kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh:
Obat-obatan
palsu yang beredar di masyarakat tidak mudah dibedakan dari obat asli. Jangankan masyarakat awam, dokter, atau mereka yang
ahli dalam bidang obat-obatan pun sulit membedakan mana obat palsu dan mana
yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat
mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama. Faktanya, obat palsu
memang sangat sulit dibedakan dari yang asli
4. Paragraf penuh Kalimat Topik (Ineratif)
Ada paragraf
yang mempunyai kalimat-kalimat yang sama pentingnya sehingga tidak satu pun
kalimatnya yang bukan kalimat topik. Kondisi ini mengakibatkan terbentuknya
paragraf yang penuh kalimat topik. Paragraf yang semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat
deskriptif dan naratif terutama dalam kalimat fiksi.
Contoh:
Jangankan
masyarakat awam, dokter atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan pun
sulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Faktanya, obat palsu
sangat sulit dibedakan dari yang asli. Tidak hanya kemasannya yang
tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya
nyaris sama.
5. Paragraf tanpa Kalimat Topik
Paragraf tanpa
kalimat topik adalah paragraf yang dikembangkan melebihi satu paragraf.
Contoh:
Di pasaran
banyak beredar obat berupa tablet. Tidak sedikit pula yang berbentuk kaplet.
Dalam wujud cair pun tidak sulit ditemukan. Bahkan, obat isap sudah mulai
digemari. Semula masyarakat tidak ambil pusing terhadap kabar merebaknya obat
palsu. Bagi mereka sulit membayangkan bagaimana obat bisa dipalsukan.
Belakangan media masa semakin sering memberitakan. Bahkan, ada pengedarnya yang
tertangkap dan mengakui perbuatannya. Tak pelak, masyarakat pun dibuat resah.
YLKI, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pun, memelopori unjuk rasa mengecam
peredaran obat palsu.
Ø Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Finoza (2008: 201) mengatakan bahwa berdasarkan sifat isinya paragraf
dapat digolongkan menjadi lima macam.
a. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif, yaitu paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara
memengaruhi atau mengajak pembaca.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap
sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai
tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai
kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap
tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat
dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.
b. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi, yaitu paragraf yang membahas satu masalah dengan
bukti-bukti atau alasan yang mendukung.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan
masa kecilnya. Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar
psikologi pendidikan Sukarton (1992) bahwa anak kecil yang umurnya di bawah 15
tahun sudah banyak yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya. Hal
ini dapat dilihat masih banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di
perempatan jalan atau mengais kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan
kepada orang tuanya untuk menopang kehidupan keluarga. Lebih-lebih sejak negeri
kita terjadi krisis moneter, kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai
penopang ekonomi keluarga semakin terlihat di mana-mana.
c. Paragraf Deskriptif
Paragraf
deskriptif, yaitu paragraf yang melukiskan atau memberikan sesuatu.
Contoh:
Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam
pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak
dibandingkan pelajaran lain. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari
oleh semua siswa dari SD, SMP, SMA dan bahkan perguruan tinggi.
d. Paragraf Naratif
Paragraf
naratif, yaitu paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam bentuk
cerita.
Contoh:
Jam
istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari
rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengerutkan
dahi, tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali, seakan di ruang perpustakaan
hanya ada dia.
e. Paragraf Ekspositoris
Pargraf
ekspositoris, yaitu paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian
tertentu.
Contoh:
Pedagang
daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai
impor daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli
sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini
melejit sehingga harganya meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar